Kebersamaan di PMR itu Sesuatu ....
>> Monday, April 21, 2014
Tidak
 semua hal baik diawali oleh niat yang baik pula. Analog dengan 
pernyataan tersebut, terdapat sebuah pengalaman daripada awal kiprahku 
sebagai  anggota Palang Merah Remaja ketika SMA. Bukan demi tujuan 
kemanusiaan, tapi dilatarbelakangi karena perasaan suka pada seorang 
kakak kelas yang kulihat pertama kali ketika pemeriksaan kesehatan bagi 
murid baru. 
Dari
 situ, timbulah obsesiku untuk mengikuti ekstrakurikuler yang sama 
dengannya. Seleksi untuk masuk PMR dilakukan dengan wawancara karena 
banyaknya peminat. Merasa memang jodoh, akupun diwawancarai kakak 
tersebut, dengan lantang dan tegas aku mengucapkan alasanku masuk PMR 
dengan kalimat-kalimat yang positif dan sesuai dengan jawaban yang 
diinginkan, yaitu mengabdi demi kemanusiaan. Perasaan bersalah karena 
berbohong sempat membuatku ingin mundur, terlebih setelah aku lolos 
seleksi dan menjalani yang namanya pelantikan, hal itu bahkan 
menguatkanku untuk mundur karena beratnya materi Kepalangmerahan, belum 
lagi Pertolongan Pertama, dan materi lainnya sekaligus praktik yang jauh
 dari diriku yang tak acuh pada orang lain. 
Namun,
 sungguh luar biasa, aku mampu bertahan hanya karena ingin dilihat oleh 
kakak kelas tersebut, bahkan memaksa diri agar lolos spesialisasi yang 
sama dengannya walaupun aku tahu spesialisasi PP lebih membutuhkan 
seorang pria karena mengingat praktiknya menguras tenaga. Dengan tekad 
bulat, aku mencoba mengasah diri dengan sering bertugas di UKS ketika 
jam istirahat, mengobati luka, memberi obat bagi yang sakit dan menggali
 informasi pada perawat di UKS. Sambil menyelam minum air, begitulah apa
 yang ku kerjakan membuatku sering bertemu dengannya walau hanya 
bertegur sapa dan tersenyum. Belum, aku masih belum menemukan passion-ku
 di PMR sampai akhirnya aku menginjak kelas 2 dan bersama teman-teman 
PMR mengikuti JUMBARA Cabang Gianyar. 
Persiapan
 yang menguras tenaga membuatku fokus dan berlatih serius dengan 
teman-teman walaupun sesekali melirik kakak tersebut, sampai akhirnya 
selama seminggu kami semua kemah di lapangan dekat Pura Samuan Tiga. Di 
perkemahan, aku yang tak biasa makan berbagi piring ataupun minum merasa
 mulai berubah, tak ada perasaan jijik bahkan keegoisan untuk menang 
sendiri, dan untuk pertama kali aku merasakan yang namanya KEBERSAMAAN. 
Kami seperti keluarga seminggu itu, saling melindungi, saling berbagi 
sedih dan suka, bahkan ketika aku kalah di PP saat hiking, mereka tak 
menyalahkanku dan malah menyemangatiku untuk maju dan berbenah diri 
padahiking selanjutnya. Kebersamaan dan kerja keras kami terbayar dengan
 menjadi juara 1 peserta terbaik, bukan hanya itu, lomba mading,sketsa 
pin, drama, dan paduan suara kami borong, sampai karena betahnya kami 
bersama, kami sedih ketika harus pulang, begitu juga dengan peserta dari
 sekolah lain. 
Semenjak
 itulah aku mulai aktif kegiatan PMR, mulai dari memberi bantuan ke 
panti asuhan dan menghibur anak yatim piatu, bertugas jaga saat upacara 
bendera, terlibat kegiatan donor darah walaupun sekadar membantu para 
dokter dan lainnya. Karena rasa kekeluargaan sesama PMR akupun merasa 
seperti saudara dengan kakak tersebut, seperti moto kita “Siamo Tutti 
Fratelli”. Bahkan saat sekarang kuliah, aku memilih UKM KSR PMI, seperti
 sebuah tabel kebenaran dalam logika matematika, jika antisedenya salah,
 tetapi konsekuen benar, maka implikasinya bernilai benar. Awalnya aku 
memulainya dengan niat yang jauh dari kata positif, tapi mampu membawaku
 pada kebenaran dan menjadikannya sesuatu yang positif bagi diriku dan 
orang lain.
Sumber:http://ceritapmiku.blogspot.com/2014/04/ade-emelan-implikasi-logika-kebenaranku.html
Sumber:http://ceritapmiku.blogspot.com/2014/04/ade-emelan-implikasi-logika-kebenaranku.html



 
 
